Dalam dunia desain modern, konsep circular design semakin populer. Circular design menekankan siklus hidup produk yang panjang, penggunaan ulang, dan minim limbah. Kayu jati, dengan karakteristik uniknya, hadir sebagai material ideal untuk mendukung konsep ini.
Kayu Jati dan Filosofi Circular Design
Circular design mendorong desainer untuk membuat produk yang bertahan lama, mudah diperbaiki, dan layak diwariskan ke generasi berikutnya. Kayu jati cocok dengan filosofi ini karena kekuatannya melawan cuaca, rayap, dan kelembapan. Produk dari kayu jati tidak hanya awet, tetapi juga semakin indah seiring berjalannya waktu.
(Baca juga – Inovasi Hijau: Dari Limbah Kayu Jati Menjadi Produk Kreatif Bernilai Tingggi)
Bertahan Lebih Lama, Mengurangi Limbah
Banyak produk berbahan plastik atau kayu lunak cepat rusak dan akhirnya berakhir di tempat pembuangan sampah. Sebaliknya, produk berbahan kayu jati bisa bertahan puluhan tahun. Dengan umur pakai yang panjang, orang tidak perlu membeli produk baru berulang kali. Hasilnya, konsumsi material menurun dan limbah berkurang.
Produk yang Bisa Diperbaiki dan Diwariskan
Circular design juga menekankan nilai perawatan. Pemilik dapat memoles ulang, memperbaiki, dan mewariskan furnitur, wadah, atau hadiah berbahan jati. Nilai emosionalnya ikut bertambah karena setiap goresan dan warna alami kayu mencatat cerita pemiliknya.
Menurut Ellen MacArthur Foundation, circular economy, termasuk circular design membantu dunia bergerak menuju sistem produksi yang lebih berkelanjutan.
Circular design memberi solusi untuk masa depan yang lebih berkelanjutan. Kayu jati mendukung konsep ini karena mampu bertahan lintas generasi, mudah diperbaiki, dan tetap bernilai tinggi. Saat memilih produk kayu jati, Anda tidak hanya menikmati keindahan material alami, tetapi juga ikut mendukung bumi yang lebih lestari.